Indonesia sangat kaya akan komoditas tanaman pangan. Dari
beberapa jenis tanaman pangan yang diprioritaskan salah satunya adalah ketela
pohon. Tanaman ini mudah ditanam dan memiliki daya produksi yang tinggi. Hanya
saja ketela pohon masih dianggap sebagai jenis pangan yang kurang bernilai
sehingga kurang dikembangkan. Anggapan tersebut muncul karena ketela pohon
dipandang sebagai makanan yang hanya pantas untuk rakyat miskin serta dapat
merusak tanah. Hal ini menjadikan ketela pohon dihargai sangat rendah dan tidak
sepadan dengan nilai gizi yang disumbangkannya.
Untuk itu sebagian masyarakat mengolah ketela pohon menjadi
tepung tapioka.Tepung tapioka oleh masyarakat dimanfaatkan menjadi makanan
olahan yang lebih bernilai diantaranya digunakan sebagai bahan baku untuk
pembuatan kerupuk.
Kerupuk adalah salah satu makanan ringan khas Indonesia
yang banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai lapisan. Biasanya kerupuk
dikonsumsi sebagai camilan yang mampu membangkitkan selera makan atau juga
sebagai pelengkap menu utama. Kerupuk dikenal baik oleh segala usia maupun
tingkat masyarakat dan mudah diperoleh di segala tempat, baik di pinggir jalan,
di supermarket, hingga restoran berbintang.
Jenis kerupuk yang beredar di pasaran cukup banyak dan
masing-masing memiliki pangsa pasar sendiri. Jenis-jenis kerupuk tersebut
antara lain kerupuk terung, kerupuk rambak, kerupuk ikan, kerupuk bawang,
kerupuk kentang, kerupuk Palembang, dan lain sebagainya.
Kerupuk terung merupakan salah satu jenis kerupuk yang
cukup mendominasi pemasarannya terutama di masyarakat sekitar Salatiga, karena selain murah harganya, rasanya juga
tidak kalah dengan jenis kerupuk lainnya.
Tingkat kebutuhan hidup yang
semakin hari semakin meningkat, sangat dibutuhkan adanya kreatifitas masyarakat
untuk dapat menciptakan suatu produk yang nantinya akan menambah
pendapatan masyarakat. Namun fenomena yang terjadi pada saat ini kebanyakan
masyarakat hanya menggantungkan pekerjaan kepada orang lain, tidak hanya
masyarakat yang berpendidikan rendah namun juga terjadi pada kalangan
intelektual. Kalangan intelektual seharusnya lebih proaktif dalam menciptakan
peluang-peluang usaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kreatifitas dan keterampilan
merupakan salah satu faktor yang paling berharga, karena dengan dua hal
tersebut kita akan dapat menghasilkan banyak manfaat bagi kita atau bagi orang
lain.Salah satu contohnya seperti yang dilakukan oleh masyarakat Bonorejo
Blotongan – Salatiga yaitu dengan bisnis di bidang kewirausahaan melalui
Pengembangan Industri Kerupuk Terung "REJO” yang beralamat di Jl. Sultan agung RT 01 RW 05 Bonorejo Blotongan –
Salatiga Harapan dari wirausaha ini
adalah menambah penghasilan sebagian masyarakat dan menambah keterampilan
masyarakat Bonorejo Blotongan – Salatiga.
DESKRIPSI
PERUSAHAAN
Usaha kerupuk
Pak Fathoni bertempat di Jl. Sultan agung RT 01 RW 05 Bonorejo Blotongan
– Salatiga Awal usaha pada tahun 1990 dengan modal usaha Rp. 5 juta. Jumlah
produksi kerupuk perhari pada tahun 1990 sebanyak 30 Kg bahan baku yang dibantu
oleh 5 karyawan produksi dan 4 orang tenaga pemasaran.
Gambar
01 : Industri Kerupuk “REJO” dan Pemiliknya (Pak Fathoni)
Pada tahun 2010 ini, Pak Fathoni memproduksi kerupuk
terung sebanyak 200 Kg perhari dibantu oleh 10 karyawan produksi dan 26 tenaga
pemasaran. Dari 200 Kg bahan baku dapat diolah menjadi 27.000 buah kerupuk. Waktu
produksi mulai jam 07.00 sd 16.00 WIB setiap harinya dan libur di hari Minggu
atau hari libur nasional.
Jenis kerupuk terung “REJO” yang diolah oleh
industri kerupuk Pak Fathoni ada 2 macam :
1. Kerupuk terung kecil (diameter ±10
cm)
2. Kerupuk terung besar (diameter ±20
cm)
Tetapi saat ini lebih banyak memproduksi kerupuk
terung dengan ukuran yang besar sesuai permintaan pasar.
Gambar
02 : Kerupuk terung “REJO” produksi Pak Fathoni
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
kerupuk diantaranya adalah Tepung tapioka , Bumbu – bumbu dan Minyak goreng . Peralatan
/ mesin yang digunakan dalam proses produksi kerupuk diantaranya adalah Alat
Press, Alat cetak, Alat pengukus, Tutup pengukus, Oven manual,Widik / Alat
penjemuran dan Mixer
Alur Proses
Produksi kerupuk:
1.
Menyiapkan Adonan
a. Adonan dasar
b.
Adonan setengah jadi
c. Adonan jadi
2. Proses Pencetakan
3. Proses Perebusan
4. Proses Penjemuran / Pengeringan
5. Proses Penggorengan
Dengan 26 tenaga pemasaran
kerupuk didistribusikan ke kios , warung , restoran maupun rumah-rumah
diwilayah Salatiga, Boyolali, Ungaran dan Magelang. Transportasi untuk
distribusi menggunakan sepeda motor yang dilengkapi dengan wadah kerupuk pada
sisi kiri kanannya.
Setiap tenaga pemasaran
memasarkan rata-rata 200 blek (setiap bulan menyediakan minimal 90 blek untuk
penggantian dan perluasan pemasaran). Harga pabrik saat ini Rp. 180,- / kerupuk
terung yang besar.
Karyawan produksi digaji
harian setelah bekerja . Karyawan
produksi mendapatkan makan setiap harinya.Tenaga pemasaran mendapatkan upah
dari keuntungan penjualan kerupuk .
Kendala – kendala yang
dihadapi oleh industri kerupuk terung ”REJO” secara umum hampir sama dengan
industri kerupuk umum lainnya, antara lain : cuaca tidak cerah, harga bahan
baku yang tidak stabil, kompetitor / pesaing yang semakin banyak dan lain-lain.